Awal bulan 1 Maret 2013 yang kelam dan
mencekam. Suasana kota yang tadinya tenang dan nyaman, berubah seketika menjadi
riuh ramai, ketegangan, ketakutan, kekacauan tiba-tiba menghiasi kota SANTRI dan dikenal pula sebagai
kota BATIK itu. Terdapat banyak batu-batu kerikil kecil hingga batu-batu
berukuran cukup besar tercecer di sepanjang jalan kota Pekalongan, tepatnya di sepanjang Jalan Hayam Wuruk, Jalan Jenderal Sudirman
hingga Jalan DR Cipto Kota Pekalongan itu mengakibatkan sejumlah kaca pintu
pertokoan dan Plaza Sri Ratu rusak dan pecah karena dilempari batu.
Tak hanya batu saja yang berserakan di jalanan kota, namun pecahan-pecahan kaca-kaca mobil maupun motor pengendara roda dua yang berplat H maupun G di rusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, hingga ada beberapa kendaraan bermotor yang dirusak hampir tak berbentuk lagi menyerupai sepeda motor. Gerobak-gerobak penjual asongan yang sedang mangkal di trotoar jalan pun tak luput dari pengrusakan oleh massa supporter PSIS [Panser Biru] dan PERSIP [Kalong Mania]. Sungguh mengerikan, massa yang brutal dan bertindak diluar kendali akal sehat itu sulit untuk dilerai, kedua kubu dari masing-masing massa saling lempar-lemparan batu dan merusak berbagai fasilitas umum beserta kendaraan-kendaraan yang lalu lalang pun dihadang kemudian dirampas secara paksa untuk dirusak. Bahkan ada yang menggunakan senjata tajam seperti pisau, celurit yang mereka gunakan tuk melakukan aksi anarkis, massa semakin membabi buta dan melukai para pejalan kaki, para pengendara motor hingga para pengendara mobil. Aparat keamanan yang sedang berjaga di pos polisi pun tak bisa berbuat banyak, karena jumlah massa tak sebanding dengan jumlah aparat kepolisian lalu lintas yang sedang berjaga-jaga di pos. Aparat pun tak luput dari kebrutalan massa dari pendukung PSIS yang kalap karena tak terima hasil pertandingan bola yang berakhir dengan skor 1 sama dengan PERSIP.
ilustrasi gambar |
Akibat
insiden tawuran ini, tentu
hanya akan menambah daftar sejarah kelam dari masing-masing supporter
pesepakbola di tanah air yang selalu bersikap anarkis. Dan, dari tragedi
ini
pula, menyebabkan sedikitnya 30 supporter sepak bola Kalong Mania [Pekalongan] dan supporter dari PSIS Semarang, Snak dan Panser Biru,
mengalami luka akibat tawuran terkena
senjata tajam maupun yang terkena lemparan batu. Usai pertandingan yang
berkesudahan 1:1 pada Jumat tersebut. Sekitar
pukul 20.00 WIB, supporter PSIS dapat dihalau oleh petugas hingga memasuki perbatasan
Kota Pekalongan-Batang. Akan tetapi, mereka
juga melakukan aksi serupa sehingga banyak pemilik toko menutup operasional
usahanya. Sebelum aksi brutal itu, ratusan
supporter PSIS Semarang sempat tertahan di SKB [Stadion Kota Batik] Kraton-Kota Pekalongan. Terkait insiden tawuran antar supporter ini, pemerintah Kota Pekalongan yang menanggung
seluruh biaya pengobatan dan perawatan puluhan korban tawuran antar supporter
PERSIP dengan PSIS. Mereka kini dirawat di RSUD Bendan dan RSU Kraton-Pekalongan.
Mengapa setiap
pertandingan sepak bola yang mengalami kekalahan maupun skor yang sama,
haruskah diselesaikan dengan cara yang anarkis hingga terjadi pertumpahan
darah? Tak bisakah diselesaikan secara damai?? Tak mungkin tak ada cara lain, masih
banyak cara yang bisa digunakan tuk menyelesaikan berbagai permasalahan,
tentunya diselesaikan dengan akal yang sehat, bukan dengan otot. Tak habis
fikir, yang menjadi pemicu timbulnya permasalahan yang cukup sepele, namun bisa
mengakibatkan dampak yang ditimbulkan begitu besar hanya gara-gara ‘pertandingan
sepak bola’??? Astaghfirullahal’adziim..,
Akankah wajah orang timur bisa
kembali seperti dahulu? Hidup rukun tanpa ada pertikaian karena keramahan dan
kearifan seluruh elemen masyarakatnya. Mari introspeksi diri kita, dekatkan
diri kita dengan sang pencipta kita, agar kejadian seperti ini takkan terulang
kembali. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar