Pernah suatu ketika aku bertanya pada ibu ku, jika aku dipanggil Allah Swt lebih dahulu daripada ibu ku atau bapak ku, dan jika hal itu yang benar-benar terjadi bagaimana respon dari ibu ku jika aku sudah tak bernyawa? Aku pun bertanya pada ibu ku: “Bu, kalo Anif meninggal ibu nangis ndak? Jangan nangis ya bu.” seketika ibu pun menjawab tanyaku itu, seingatku kurang lebih intinya seperti ini: “Ya nangis tho nduk, ibu mana coba yang nggak nangis kalau orang yang disayangi dan dicintainya pergi? Apalagi kamu itu buah hatinya ibu dan bapak, jangan berbicara yang ngelantur nduk. Hidup, mati, rezeki, jodoh, itu semua Allah yang ngatur nduk. Pikiran kamu harus selalu positif jangan berpikiran negatif! Jalani saja alur hidup ini, dan manfaatkan masa hidup tuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya, lalu ilmu yang sudah kamu dapatkan harus kamu amalkan, dan ajarkanlah kepada orang lain, dengan begitu kamu bisa mengumpulkan pahala dari Allah untuk bekal hidup di akhirat kelak nduk.” Dan aku pun tak kuasa membendung bulir-bulir putih bening yang menetes semakin deras ketika mendengar pernyataan ibu ku secara langsung, aku pun langsung memeluk ibu ku dengan erat, ibu pun ternyata juga tak kuasa menahan tangis haru. Ku rindu saat-saat itu, rindu hangatnya peluk kasih sayang dari ibu.
Ya
Rabb, semoga aku, ibu, bapak, adek, dan semua keluarga, karib kerabat ku,
Engkau mudahkan sakarotul maut kami yang kami dambakan kematian yang khusnul
khotimah bukan su’ul khotimah. Dan, semoga Engkau meridhoi segala amal ibadah
hamba, dan usaha hamba tuk memberikan bingkisan teristimewa teruntuk ibu dan
bapak di syurga-Mu kelak yaa Rabb. Karena hamba sadar, hamba belum mampu
menjadi seorang anak yang membanggakan kedua orang tua hamba di dunia, semoga
Engkau meridhoi langkah hamba tuk menjaga kalam-Mu di hati hamba agar kelak
hamba bisa membahagiakan kedua orang tua hamba di syurga-Mu kelak, dan hamba
juga sadar ya Rabb, hamba belum mampu menjalankan amanah dari-Mu tuk menjadi seorang
kakak yang memberikan contoh yang masih jauh dari kata ‘baik’, entah dalam
lisan yang kadang menyakiti, tangan yang kadang masih usil yang enggan tuk
didiamkan, dan laku buruk hamba yang terkadang sering hamba tampakkan di
hadapan adik-adik hamba yang memang itu semua bersumber dari kekhilafan diri
hamba yang mana sifat manusiawi yang tak pernah luput dari salah dan khilaf. Dan,
insyaAllah hamba akan terus berusaha bersungguh-sungguh tuk bisa menjadi
muslimah yang Engkau inginkan, kembali menata hati agar hamba tak lagi
terjerembab masuk ke lubang galian para syaithan yang tak ada henti-hentinya
menggoyahkan keimanan hamba pada-Mu ya Rabb. Terimakasih ya Rabb.., Engkau
selalu tak henti-hentinya menyadarkan hamba ketika hamba terlena akan buaian
hiasan-hiasan duniawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar