"Mengapa aku tak boleh jadi orang yang kritis???"
Pertanyaan itu selalu muncul dan berkecamuk didalam jiwaku.
Karena ibuku sangat mengkhawatirkanku, ibu sangat takut jikalau aku didzolimi bahkan difitnah jika sampai tersandung kasus hingga terseret-seret di meja hijau.
Itulah satu hal yang kadang membuat diri ini semakin ‘risau plus galau’, disatu sisi harus manut (patuh) kepada ibu, namun jika aku tak
menjadi sosok yang kritis (dalam arti peka terhadap segala permasalahan yang dinilai menyimpang muncul ada disekitar kita dan dapat membawa dampak buruk maka, sudah seharusnya aku turut serta dalam meluruskan maupun turut andil dalam membenahi serta memberantas segala kebathilan untuk merubahnya menjadi kebahagiaan dan kedamaian).
menjadi sosok yang kritis (dalam arti peka terhadap segala permasalahan yang dinilai menyimpang muncul ada disekitar kita dan dapat membawa dampak buruk maka, sudah seharusnya aku turut serta dalam meluruskan maupun turut andil dalam membenahi serta memberantas segala kebathilan untuk merubahnya menjadi kebahagiaan dan kedamaian).
Jiwaku kini berontak, tak tahan jika terus-menerus aku hanya diam. Maafkan anakmu ini bu, yang tak dapat menyanggupi pintamu kali ini, karena aku juga harus berperan serta untuk berjuang bersama dengan kawan-kawanku yang telah sadar akan pentingnya membuktikan kebenaran, untuk membuka tabir kepalsuan. Aku tak mau hanya berdiam diri sebagai penonton saja, karena perubahan ada ditangan kita (PEMUDA), pilar peradaban bangsa yang harus ditegakkan dengan syari’at Islam. Bismillah, bersama kawan-kawanku meniti langkah menuju KHILAFAH. Allahu Akbar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar