[disepanjang
perjalanan berjumpa dengan kepingan-kepingan hikmah yang terserak]
Namun, lagi-lagi Alhamdulillah Allah selalu
memudahkan perjalanan kami walau harus kami lalui dengan penuh kesabaran untuk
bisa pulang sampai rumah. Di lampu merah dekat sam poo kong ada bis jurusan
mangkang, kami pun tak menyia-nyiakan bis itu sebelum melewati kami dan sebelum
lampu merah berubah menjadi warna hijau, kami bergegas mendekati bis dan
langsung masuk ke dalam bis. Alhamdulillah langsung mendapatkan tempat duduk.
Kami pun akhirnya mendapatkan bis ekonomi di
depan jalan raya sebelah selatan terminal Mangkang, sudah kami duga sebelumnya
pasti sudah penuh sesak dan kami pun tetap masuk ke dalam bis karena sudah
malam. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB hujan gerimis pula, mau
tidak mau kami naik bis ekonomi walau awalnya berencana mau naik bis PATAS di
agen bis Coy*, namun karna di agen bis jumlah orang-orang yang mengantri untuk
mendapatkan karcis bis membludak, akhirnya kami urungkan niat kami untuk turut
mengantri di agen bis. Karna bisa-bisa tak dapat karcis, dan yang ada jika kami
nekat tetap antri karcis di agen bis kemungkinan besar kami tak bisa pulang
kampung. Dan dengan sangat terpaksa, kami berdiri dari Semarang hingga sampai
di pertengahan Alas Roban-Batang. Sungguh, penat dan pegal amat terasa, terutama
rasa nyeri di kaki kananku yang tak tertahankan sebab luka kecelakaan setengah
tahun yang lalu, apalagi bahu ku rasanya sudah tak kuat untuk menopang beban
berat dari tas ransel yang ku bawa, ku tak habis fikir. Padahal penumpang yang
mendapat tempat duduk kebanyakan laki-laki, namun anehnya jiwanya tak
menunjukkan kelaki-lakiannya (atau bisa dikatakan nggak gentle man). Kalo
mereka bener-bener laki-laki, pasti bersedia bergantian tempat duduk, karena
yang tak kebagian tempat duduk sebagian besar adalah para wanita. Sungguh TERLALU
bukan? Apalagi saat aku belum mendapatkan tempat duduk saat bis melaju di
jalanan alas roban, tiba-tiba jalannya menjadi pelan karna jalanan yang dilalui
berkelok-kelok dan menanjak, sungguh tak bisa dibayangkan saat bis yang ku
naiki itu berjalan mundur karna kelebihan muatan (jumlah penumpangnya melebihi
kapasitas), bis sempat tak kuat jalan menanjak sehingga bis sempat berjalan
mundur, aku dan membuat semua penumpang didalam bis menjadi panik. Namun,
Alhamdulillah bis yang tadinya mundur dan hampir menabrak kendaraan yang di
belakang bis bisa dikendalikan kembali sebab kondektur bis turun dari bis ddan
langsung mengganjal roda belakang bis dengan balok kayu, Alhamdulillah terima
kasih yaa Rabb Engkau masih memberikan keselamatan padaku dan seluruh penumpang
bis. Perjalanan pun dapat dilanjutkan kembali, Alhamdulillah tanpa hambatan
lagi, hanya berjumpa dengan macet di area lampu merah. Di sepanjang perjalanan ku
hanya ku lakukan hanya berdzikir, dzikir dan dzikir agar Allah senantiasa
melindungiku agar terhindarkan dari malapetaka seperti kejadian tadi saat bis
sempat berjalan mundur. Bisa saja bis bisa mundur itu pertanda, kalau Allah tak
ridho terhadap si sopir dan kernet bis yang terus menaikan penumpang ke dalam
bis walau kapasitas jumlah kursi bis tak sebanding dengan banyaknya jumlah
penumpang. Terlihat jelas bahwa si sopir dan kernet bis itu memiliki sifat yang
serakah karna tak mau berbagi penumpang dengan bis yang lain, inginnya semua
penumpang yang dijumpai di sepanjang jalan di angkut semua walau sudah penuh
sesak agar bisa meraup keuntungan yang berlipat-lipat. Si sopir dan kondektur
tak pernah puas pada rezeki yang telah Allah berikan kepada pak Sopir dan pak
kondektur bis, semoga dapat kita petik hikmah-hikmah yang terserak di sepanjang
perjalanan yang ku lalui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar