Ditengah
perbincangan saya dengan Bapak saya, seketika pula saya langsung terkaget-kaget dan
sempat tak percaya setelah mendengar penuturan dari beliau sendiri mengenai kisah
perjalanan hidup beliau sewaktu beliau masih muda, saya baru mengetahui, kalo
ternyata dahulu Bapak saya seorang aktivis dakwah.
Beliau juga
sempat menjabat sebagai ketua IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) hingga di
kancah provinsi, kala itu Bapak saya menjadi ketua se-Jawa Tengah. Di sela-sela kesibukan beliau saat berada di
kampus maupun tugas dakwah, beliau selalu dapat menyempatkan waktu sore tiba
untuk mengajar mengaji anak-anak di sekitar beliau kos, membaca dan mempelajari
buku-buku hadits maupun menjalankan jadwal piket kebersihan di kos serta
menanak nasi untuk seluruh penghuni kos beliau, yang bikin mirisnya nih, Bapak
saya yang menanak nasinya eh..,tapi dapatnya cuma intipnya (nasi paling bawah
yang cukup keras) doang karena pulangnya selalu terakhir dari penghuni-penghuni
kos yang lain sebab masih banyak agenda yang di urusnya. Sungguh, saya sangat
kagum dengan Bapak saya, dan saya menjadi sangat malu terhadap diri saya
sendiri yang belum ada apa-apanya dibandingkan dengan beliau, karena saya
sendiri belum bisa seperti beliau. Saya sudah merasa keteteran dan mulai
kesulitan dalam urusan manajemen waktu karena saya di sibukkan dengan
tugas-tugas kuliah dan syuro-syuro (baca:musyawaroh/rapat/meeting), dan saya pun belum mampu
menyempatkan diri untuk berbagi ilmu agama yang telah saya pelajari. Tetapi,
saya tak boleh pesimis dulu. Pasti, suatu saat nanti saya juga bisa seperti
beliau walau tak sampai menjadi seorang ketua di lembaga dakwah, yang pasti
saya harus bisa berbagi ilmu yang telah saya miliki kepada orang lain. Semoga
Allah Swt menghendaki dan meridhoi langkah-langkah saya. Aamiin.
Bapak saya pun
pernah mendapat ujian dari Allah.
Pada saat beliau masih sibuk-sibuknya dengan seabreknya agenda-agenda di kampus beliau dahulu di IKIP PGRI yang sekarang telah berganti nama menjadi UNNES dan kini saya pun menuntut ilmu di sana. Karena tak menjaga kesehatan dengan baik, sebab pola makan beliau yang tidak teratur karena terlalu sibuk mengikuti berbagai kegiatan ini dan itu, akibatnya beliau jatuh sakit sebab magh beliau kambuh hingga menjadi magh kronis dan berubah menjadi typus. Beliau hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur kos kemudian karena kondisi beliau yang semakin memburuk akhirnya beliau pun dirawat di rumah beliau sendiri, karena sakit yang beliau derita itu menyebabkan beliau tak bisa berjalan, tak bisa menikmati makanan yang enak, hanya dapat makan bubur dan bila beliau makan makanan yang rasanya pedas dan teksturnya tak halus perut beliau selalu perih dan menjadi mulas akhirnya makanan yang telah beliau makan pun hanya dapat dimuntahkan sebab tak bisa dicerna dengan baik. Badan beliau pun menjadi sangat kurus, dan giginya menjadi sering nyeri, karena selama beliau sakit hanya memakan bubur, roti, dan minuman yang beliau minum setiap pagi dan sore hari hanya susu putih hangat. Ujian itu dilalui beliau selama setengah tahun, hingga hampir saja beliau dikeluarkan dari kampus karena tak dapat masuk kuliah sebab belum kunjung sembuh jua. Namun, Alhamdulillah ujian itu dapat beliau lalui dengan penuh kesabaran dan ikhlas tentunya, akhirnya setengah tahun sakit beliau jalani dengan kesabaran dan ikhlas, beliau pun bisa sembuh walau belum sepenuhnya pulih seperti sedia kala. Dan ternyata apa yang pernah beliau rasakan itu, menurun pada saya. Mungkin inilah yang dinamakan ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’. Saya pun kini mengalami hal yang serupa seperti beliau. Namun, bedanya saya mendapat ujian dari Allah bukan sakit seperti yang pernah beliau rasakan, tetapi saya sakit karena tragedi jatuh dari motor, lebih tepatnya kesrempet motor pengendara lain saat akan berangkat kuliah menuju gedung perkuliahan saya. Sungguh, saya tak pernah menyangka mendapat ujian yang cukup lama seperti beliau. Padahal, yang terluka hanya kaki sebelah kanan saya saja, namun tak dapat secepatnya pulih. Dan saya pun harus bisa bersabar serta harus dapat mengikhlaskan semua tragedi yang menimpa diri saya, saya harus bisa melewati ujian-Nya seperti beliau, dan pasti dibalik semua cobaan-Nya ada hikmah yang dapat saya petik sebagai pembelajaran dalam menapaki lika liku hidup ini. Sungguh, saya bersyukur dan saya bahagia dapat menjadi buah hati beliau, karena beliau banyak mengajarkan bekal hidup pada saya. Dan bagi saya beliaulah guru yang terbaik diantara guru-guru terbaik yang pernah mengajari saya. Bapak saya, memang hanya beliaulah guru sejati saya. Terimakasih Bapak, nanda sayang Bapak. Semoga, nanda dapat membuat Bapak bangga dan bahagia hingga kita dapat bersama-sama dengan Ibu, Adik, mbah, dan seluruh keluarga kita di jannah-Nya kelak. Aamiin.
Pada saat beliau masih sibuk-sibuknya dengan seabreknya agenda-agenda di kampus beliau dahulu di IKIP PGRI yang sekarang telah berganti nama menjadi UNNES dan kini saya pun menuntut ilmu di sana. Karena tak menjaga kesehatan dengan baik, sebab pola makan beliau yang tidak teratur karena terlalu sibuk mengikuti berbagai kegiatan ini dan itu, akibatnya beliau jatuh sakit sebab magh beliau kambuh hingga menjadi magh kronis dan berubah menjadi typus. Beliau hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur kos kemudian karena kondisi beliau yang semakin memburuk akhirnya beliau pun dirawat di rumah beliau sendiri, karena sakit yang beliau derita itu menyebabkan beliau tak bisa berjalan, tak bisa menikmati makanan yang enak, hanya dapat makan bubur dan bila beliau makan makanan yang rasanya pedas dan teksturnya tak halus perut beliau selalu perih dan menjadi mulas akhirnya makanan yang telah beliau makan pun hanya dapat dimuntahkan sebab tak bisa dicerna dengan baik. Badan beliau pun menjadi sangat kurus, dan giginya menjadi sering nyeri, karena selama beliau sakit hanya memakan bubur, roti, dan minuman yang beliau minum setiap pagi dan sore hari hanya susu putih hangat. Ujian itu dilalui beliau selama setengah tahun, hingga hampir saja beliau dikeluarkan dari kampus karena tak dapat masuk kuliah sebab belum kunjung sembuh jua. Namun, Alhamdulillah ujian itu dapat beliau lalui dengan penuh kesabaran dan ikhlas tentunya, akhirnya setengah tahun sakit beliau jalani dengan kesabaran dan ikhlas, beliau pun bisa sembuh walau belum sepenuhnya pulih seperti sedia kala. Dan ternyata apa yang pernah beliau rasakan itu, menurun pada saya. Mungkin inilah yang dinamakan ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’. Saya pun kini mengalami hal yang serupa seperti beliau. Namun, bedanya saya mendapat ujian dari Allah bukan sakit seperti yang pernah beliau rasakan, tetapi saya sakit karena tragedi jatuh dari motor, lebih tepatnya kesrempet motor pengendara lain saat akan berangkat kuliah menuju gedung perkuliahan saya. Sungguh, saya tak pernah menyangka mendapat ujian yang cukup lama seperti beliau. Padahal, yang terluka hanya kaki sebelah kanan saya saja, namun tak dapat secepatnya pulih. Dan saya pun harus bisa bersabar serta harus dapat mengikhlaskan semua tragedi yang menimpa diri saya, saya harus bisa melewati ujian-Nya seperti beliau, dan pasti dibalik semua cobaan-Nya ada hikmah yang dapat saya petik sebagai pembelajaran dalam menapaki lika liku hidup ini. Sungguh, saya bersyukur dan saya bahagia dapat menjadi buah hati beliau, karena beliau banyak mengajarkan bekal hidup pada saya. Dan bagi saya beliaulah guru yang terbaik diantara guru-guru terbaik yang pernah mengajari saya. Bapak saya, memang hanya beliaulah guru sejati saya. Terimakasih Bapak, nanda sayang Bapak. Semoga, nanda dapat membuat Bapak bangga dan bahagia hingga kita dapat bersama-sama dengan Ibu, Adik, mbah, dan seluruh keluarga kita di jannah-Nya kelak. Aamiin.
Pekalongan, Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar