Resensi/Pertimbangan
Buku
Judul
buku : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang
: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit
: Republika,Jakarta
Cetakan,tahun
terbit : ke-XVII,April 2008
Tebal
buku,ukuran buku : vii+111 halaman,20.5x13.5
cm
Warna
sampul : Depan coklat
belakang coklat
Gambar
kulit :
Seorang wanita
Pudarnya Pesona Cleopatra merupakan
buku bacaan yang berupa “novel”. Pudarnya Pesona Cleopatra, apa yang lebih
menganggap kecantikan adalah segalanya. Begitulah kesan pertama yang akan
diperoleh pembaca apabila membaca novel ini. Novel ini ditulis oleh
Habiburrahman El Shirazy pada tahun 2002 di Kairo-Mesir dan beliau adalah penulis novel
Ayat-Ayat Cinta yang sempat dibuat film layar lebar yang sangat laris
dipasaran. Semasa di SLTA pernah menulis naskah teatrikal puisi berjudul
“Dzikkir Dajjal” sekaligus menyutradarai pementasannya bersama Teater Mbambung
di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari,Surakarta (1994), pernah meraih juara II
lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994),pernah menjadi pemenang I dalam
lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jateng, pemenang I dalam lomba pidato
religius tingkat remaja se-eks karisidenan Surakarta, peraih juara I baca puisi
Arab tingkat Nasional, pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA
se-Jateng (1995) dan masih banyak penghargaan yang diraihnya sampai
sekarang, inilah sekilas bografi mengenai sang penulis.
Sebagai novel/roman bentuknya
sederhana namun tidak bisa diragukan lagi, karena penulisnya memang sudah banyak menjuarai
dalam berbagai ajang kompetisi puisi maupun novel, dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra sarat akan
hikmah dan menyentuh. Bahasa yang digunakan oleh pengarang sangat
sederhana, namun untuk menyampaikan isi sangat meyakinkan dan mengena.
Habiburrahman El Shirazy sangat peka dalam melukiskan setiap konflik psikologi
Islam yang dialami oleh para pelakunya, khususnya pada tokoh utama Aku.
Tema novel ini adalah
seseorang yang mengalami konflik psikologis dalam hidupnya. Aku, tokoh
utama yang sangat mendambakan gadis Mesir titisan Cleopatra sebagai calon isterinya, tetapi
ia telah dijodohkan oleh Ibunya agar ia menikah dengan gadis Jawa. Hal ini
tampak seperti kutipan berikut ini : “Harus dengan dia tak ada pilihan lain!”
tegas Ibu. “Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu”. “Dengan panjang
lebar Ibu menjelaskan, sebenarnya sejak di dalam kandungan aku telah dijodohkan
dengan Raihana yang tak pernah ku kenal itu.”
Watak atau sifat jujur yang
digambarkan pengarang pada tokoh ini cukup meyakinkan. Sehingga jelas sekali
konflik psikologis yang timbul ketika tokoh ini dipaksa Ibunya untuk menikah
dengan Raihana yang tak pernah dia kenal. Dia tiada berdaya untuk melawan dan
tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk memberontak, sebab