Senin, 30 Juli 2012

"Ujian-Nya Penuh Makna"


ilustrasi suasana hati saya
Ramadhan penuh keharuan.
Ya, karena Ramadhan kali ini suasananya sama persis dengan Ramadhan 3 tahun yang lalu saat saya masih duduk dibangku kelas XII SMA karena sebuah tragedi kecelakaan lalu lintas yang hampir merenggut nyawa saya dan nyawa seorang kawan saya. Tragedi itu saya alami dengan seorang kawan saya sepulang dari les-lesan/bimbel (bimbingan belajar) ternama di kota saya dipertengahan bulan Ramadhan hingga mengakibatkan sebagian anggota tubuh bagian kanan saya tak dapat digerakkan sama sekali, sungguh saya benar-benar dapat merasakan derita yang dirasakan orang-orang lumpuh kala itu. Menjalani Ramadhan dengan penuh perjuangan. Ya, perjuangan yang cukup melelahkan, bukannya saya sok lebay atau gimana-gimana. Karena Ramadhan kali ini memang harus saya jalani dengan ujian-Nya lagi yang tak henti-hentinya menghiasi perjalanan hidup saya. Bedanya, ujian-Nya kali ini begitu terasa
berat daripada sewaktu dahulu saya kecelakaan yang sebegitu parahnya malah dapat segera pulih hanya dalam kurun waktu tak lebih dari 2 bulan. Namun, kali ini hampir setengah tahun belum pulih seperti sedia kala walau kelihatannya luka yang saya alami hanya sepele dibagian kaki saja, sungguh ini diluar dugaan saya dan keluarga saya. Memang kalau Allah belum berkehendak apa mau dikata? Yang dapat kita lakukan hanyalah selalu bersabar dan mengikhlaskan semua ujian-Nya yang mengahampiri kehidupan kita yang sudah digariskan-Nya dalam kehidupan kita untuk kita jalani. Semua memang harus kita kembalikan kepada Allah, dan kita harus yakin bahwa rencana Allah akan jauh lebih indah dari rencana yang telah kita rencanakan. Untuk melakukan gerakan shalat secara sempurna saja saya tak mampu melakukannya. Saya sangat rindu untuk melakukan gerakan shalat yang sempurna seperti orang-orang lainnya lakukan, bersepeda di pagi hari dengan kawanku selepas shalat shubuh, bermain bulu tangkis dengan sobat semasa kecilku dalam mengisi waktu senggang dikala menanti waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan, belanja ke pasar bersama Ibu untuk membuat kue-kue lebaran. Saya sangat rindu semua itu. Mungkinkah saya dapat melakukan semua itu kembali? Semoga saja, semoga semua itu dapat saya rasakan kembali. Dan yang pasti saya harus tetap berprasangka baik kepada-Nya. Karena rencana-Nya pasti indah untuk saya. 

Ujian kali ini menjadi cambuk penyadaran bagi diri saya, supaya dapat memaknai ujian kehidupan yang datang tak dapat disangka-sangka dan perginya tak dapat dikira-kira pula, dan hendaknya kita tak boleh meremehkan suatu ujian maupun cobaan-cobaan dari Tuhan. Untuk menyikapi ujian-Nya, bukan dengan raungan tangis dengan meratapi ujian yang tiada habis-habisnya, bukan dengan sikap putus asa seakan-akan diri kita yang paling sengsara diantara yang lainnya, bahkan merasa segalanya sudah tak ada artinya lagi. Justru itu yang akan menambah beban ujian-Nya makin terasa berat. Padahal ada orang yang jauh lebih menderita dari  kita. Namun, karena suara mereka parau, mereka tak banyak bersuara, yang mereka lakukan hanyalah bersabar dan ikhlas dalam menjalani segala ujian-Nya dalam diam dan senyuman yang masih menghias bibir mereka, walau sesungguhnya mereka terluka karena derita yang tiada akhir. Selain itu, mereka juga sangat yakin dan percaya, bahwa Tuhan tak akan tega memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya. Dan jika mereka dapat melewati ujian-Nya, Tuhan akan memberikan bingkisan istimewa pada mereka yang mampu melewati segala ujian-Nya di dunia jikalau tak mendapatkannya di dunia, mereka mendapatkan bingkisan itu di surga-Nya kelak. Semua harus disikapi dengan bijak. Sebab, disetiap ujian dan cobaan pasti tersimpan hikmah dan makna didalamnya. Karena ujian adalah pelajaran hidup yang dapat menempa diri kita untuk menjadi insan yang tangguh dan menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, karena Allah tak mau melihat kita menjadi insan yang lemah, yang hanya berpangku tangan dan mengharap belas kasih terhadap orang lain. Dalam perenungan panjang yang saya lakukan, ada hikmah dari ujian ini yaitu saya semakin lancar dalam membaca Al-Qur’an.
Alhamdulillah wa syukurillah, kini saya bisa lancar membaca Al-Qur’an tak terbata-bata seperti 1 tahun yang lalu. Semua memang hanya terletak pada niat dan keistiqomahan yang ada dalam diri kita. Jika bersungguh-sungguh pasti berhasil.
Ada rasa bahagia luar biasa yang muncul dari dalam diri saya, sebab ruhiyah saya menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya, peningkatannya terus meningkat tak seperti dulu datar-datar saja, bahkan sering merosot, dulu masih ababil (abg labil) gitu dah, beda jauh sama sekarang. 

Setiap selesai membaca Al-Qur’an tak lupa saya baca juga artinya supaya lebih memahami makna dari ayat per ayatnya. Walau saya dulu jebolan Sekolah Menengah Atas yang Islami, tapi itu tak bisa dijadikan sebagai jaminan dapat  membaca Al-Qur’an secara lancar dan fasih, setiap ada pelajaran entah Al-Qur’an, ibadah, akhlak, maupun aqidah, walau sering mendapatkan tugas hafalan surat-surat dan ayat-ayat tertentu, itu semua saya lakukan secara ‘terpaksa’ hanya untuk mendapatkan nilai semata bukan muncul dari keinginan saya sendiri, akhirnya setelah selesai hafalan malah gampang pula lupanya sehingga tak hafal lagi karena tak diniatkan dalam hati. Dulu saya benar-benar jauh dari Al-Qur’an, membacanya pun malesnya kebangetan malah sukanya nonton tv mulu daripada mengaji. Yang saat ini saya rasakan bila tak membaca Al-Qur’an sehari saja rasanya ada yang kurang dan bikin hati jadi nggak tenang. Alhamdulillah, sekarang minimal sesudah sholat maghrib wajib membaca Al-Qur’an kecuali kalau sedang berhalangan kedatangan tamu bulanan sehingga tak bisa melakukan aktivitas seperti sholat dan mengaji.
Yang menjadi faktor pendorong saya dapat lancar mengaji ialah karena sewaktu saya pertama kali menjadi seorang anak kos sebab tempat kuliah saya jauh dari rumah, sehingga bapak saya memilihkan tempat kos yang bernuansa Islami untuk saya, itu juga karena diajak oleh seorang kawan saya yang bernama Hafzah Az Zahra jurusan Pendidikan IPA-UNNES seangkatan dengan saya. Karena beliau lah saya mengenal dan memahami agama saya (Islam) secara lebih dekat, terimakasih sista. Untuk itu saya takkan pernah melupakan jasa-jasamu, hingga kini saya masih tetap setia dengan kos (pesantren mahasiswa Islami for Akhwat) yang saya tempati. Awal saya menjadi penghuni kos, saya sangatlah kaget dengan suasana dan kegiatan harian yang tak pernah saya jumpai di kos-kosan biasa, di kos yang saya tempati ini benar-benar kental dengan kegiatan penyejuk rohani, mulai dari sholat berjama’ah dan yang jadi imam sholatnya pun dilakukan secara bergiliran, saat tiba giliran saya menjadi imam sholat ada perasaan campur aduk yang pertama kali dirasakan, ada rasa was-was dan takut bila surat yang saya bacakan pada saat sholat salah pelafalannya karena pada waktu itu saya belum begitu fasih membaca Al-Qur’an, benar-benar menjadi pengalaman pertama bagi saya sebagai imam sholat berjama’ah. Dan tibalah saatnya untuk tilawah (mengaji) bersama-sama setelah sholat maghrib dan pada saat giliran saya, ada rasa deg-deg-an yang amat luar biasa, gerogi sangat, keringat dingin mulai keluar dari kening, telapak tangan hingga telapak kaki, sungguh rasanya ingin segera kabur karena saya malu  jika mereka menertawakan bacaan saya yang masih terbata-bata, tapi ternyata dugaan saya salah, mereka malah tak menertawakan saya sama sekali. Mereka malah tak sungkan menuntun bacaan saya dengan bacaan yang benar. Lama kelamaan saya menjadi sangat semangat dalam mengaji, akhirnya saya pun memiliki tekad yang kuat untuk bisa lancar dalam mengaji supaya tak terbata-bata lagi dengan menyempatkan waktu luang untuk mengaji dan mengaji, dan secara perlahan tapi pasti, subhanallah akhirnya saya bisa mengaji tanpa terbata-bata lagi dan ada sesuatu yang tak bisa dinalar oleh logika yang terjadi dengan mata saya. Karena saking seringnya mengaji. Subhanallah wal hamdulillah, sampai saat ini mata saya nggak minus lagi. Padahal dulu untuk membaca tulisan yang kecil dan tulisan yang tertulis dipapan tulis kelas saat jam kuliah, saya sering kesulitan dalam membaca tulisan-tulisan yang ada hingga harus dibantu dengan kacamata, mungkin inilah berkah dan tanda kebesaran Allah Azza wa jalla yang DIA berikan kepada saya dan kepada semua orang yang ingin bersungguh-sungguh dalam berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan itu. Pernah suatu ketika disaat mengaji berjama’ah di kos secara bergiliran, masing-masing orang diharuskan membaca Qur'an sebanyak 5 ayat, saat tiba giliran saya untuk membaca, tiba-tiba saya menangis tanpa sebab. Padahal baru membaca satu ayat saja, hingga tak bisa saya teruskan membacanya dan akhirnya bacaan saya dilanjutkan oleh saudara kos yang lainnya. Seumur hidup, baru kali ini saya menangis saat mengaji, dan hingga sekarang jika dibacakan arti dari ayat-ayat Al-Qur’an saya masih heran. Mengapa saya mudah sekali terharu? Ini semua dapat terjadi mungkin karena berkat hidayah dan kasih sayang-Nya yang tak henti-hentinya tercurah kepada saya dan kepada setiap orang yang mau memperbaiki dirinya untuk menjadi orang baik yang beriman juga bertakwa dalam cahaya kasih Allah Azza wa jalla. Saya sangat bersyukur, cahaya petunjuk-Nya kini menerangi jalan hidup saya. Sungguh kian hari kian bertambah semangat saya untuk membaca Al-Qur'an, sebab saya sudah mengetahui keutamaan dalam membaca Al-Qur'an dari sebuah artikel Islami yang pernah saya baca sebagai berikut ini :

Sebagaimana firman Allah : “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam : 58)

Sungguh kekuatan cahaya Al-Qur’an tidak disangsikan lagi, ia akan membawa pembacanya kepada ketaatan, ketenangan dan kedamaian. Allah Ta’ala telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat nantinya, dengan berdasarkan firman-Nya :
“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”(QS.Thahaa : 123)
Bila kita tidak kuat-kuat menjaga agama kita maka sungguh kita akan mudah tergelincir dan terperosok dalam kubangan dosa dan maksiat. Hanya kepada-Nyalah kita meminta pertolongan.
Karena itulah kita harus banyak bergaul dengan Al-Qur’an menyibukkan diri kita dengannya. Mungkin kita sudah cukup sibuk dengan urusan dunia yang menyita banyak waktu kita, pernahkah terbersit dalam fikiran kita untuk mempelajari kalamullah? Karena sungguh mempelajarinya adalah sebaik-baik kesibukan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi :
“Barangsiapa yang disibukkan Al-Qur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.”(HR.Tirmidzi)

Sungguh suatu kesibukan yang sangat mulia dan perlu untuk kita ketahui bahwa keutamaan membaca Al-Qur’an sangat banyak sekali sebagaimana yang termaktub dalam beberapa hadits berikut ini :
“Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi pembacanya”(HR.Muslim dari Abu Umamah)
“Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an:”Bacalah, naiklah dan bacalah dengan tartil sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca”(HR.Abu Daud & Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan shahih)
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR.Tirmidzi, hadits hasan shahih)
“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala”(Hadits mutatafaq Alaih).


Semakin banyak kita bergaul dengan Al-Qur’an maka akan semakin bertambah keimanan kita yang dimana keimanan inilah yang akan membimbing kita kepada ketaatan sehingga sangat mudah bagi kita untuk istiqomah dalam mengamalkan syari’at Islam ini. Dengan istiqomahnya keimanan kita maka setiap saat kematian atau maut datang menghampiri kita maka hati kita tidak akan khawatir ataupun takut karena yakin akan datangnya pertolongan Allah, karena sungguh untuk mati dalam keadaan Islam bukanlah perkara yang mudah bila kita tidak mempersiapkannya dari sekarang coba simak firman Allah Ta’ala yang memerintahkan kita untuk mati hanya dalam keadaan Islam :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS.Ali-Imran : 102) 
Lalu kapan lagi kita akan siap..? Masihkah hati kita terus terlena dengan kemaksiatan dan kesibukan lain yang menjauhkan diri kita dari Al-Qur’an dengan alasan masih mudanya usia kita??? Sedangkan dengan mata kepala kita sendiri kita saksikan berapa banyak orang yang mati diusia muda???!!
Setelah menyimak beberapa hadits dan beberapa ayat Al-Qur'an diatas tentunya akan menambah semangat dalam membacanya. Suatu ganjaran yang sangat besar yang membuat hati kita tergiur untuk meraihnya bukan? Kita tidak akan bermalas-malasan lagi bahkan mungkin akan menjadi bacaan favorit dan mengganti bacaan lain yang tidak bermutu seperti majalah-majalah artis/model yang sama sekali tidak mengajak pembacanya untuk taat dan takut kepada Allah bahkan menjerumuskan pembacanya kepada kemurkaan-Nya.

Semoga kita semua senantiasa berada dalam naungan cinta kasih-Nya agar tak tersesat dalam memilih jalan hidup. Aamiin..aamiin..ya Rabbal 'alamiin.

Saran saya, jika ingin segera mendapat hidayah..,janganlah menunggu hidayah menghampiri kita, tapi carilah hidayah dan jemputlah hidayah itu dengan suka cita niscaya hidupmu akan jauh lebih baik dan lebih bermakna dari sebelumnya.
Let’s change be better. We can do it!!
Terimakasih ya Rabb, karena ujian-Mu ini saya kembali menemukan makna hidup yang telah lama hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar