Sabtu, 21 Juli 2012

"Tugas Bahasa Indonesia kelas 2 SMA ^_^"


Resensi/Pertimbangan Buku
Judul buku                             : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang                            : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                                 : Republika,Jakarta
Cetakan,tahun terbit             : ke-XVII,April 2008
Tebal buku,ukuran buku       : vii+111 halaman,20.5x13.5 cm
Warna sampul                      : Depan coklat belakang coklat
Gambar kulit                         : Seorang wanita
     
Pudarnya Pesona Cleopatra merupakan buku bacaan yang berupa “novel”. Pudarnya Pesona Cleopatra, apa yang lebih menganggap kecantikan adalah segalanya. Begitulah kesan pertama yang akan diperoleh pembaca apabila membaca novel ini. Novel ini ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy pada tahun 2002 di Kairo-Mesir dan beliau adalah penulis novel Ayat-Ayat Cinta yang sempat dibuat film layar lebar yang sangat laris dipasaran. Semasa di SLTA pernah menulis naskah teatrikal puisi berjudul “Dzikkir Dajjal” sekaligus menyutradarai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari,Surakarta (1994), pernah meraih juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994),pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jateng, pemenang I dalam lomba pidato religius tingkat remaja se-eks karisidenan Surakarta, peraih juara I baca puisi Arab tingkat Nasional, pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng (1995) dan masih banyak penghargaan yang diraihnya sampai sekarang, inilah sekilas bografi mengenai sang penulis.
Sebagai novel/roman bentuknya sederhana namun tidak bisa diragukan lagi, karena penulisnya memang sudah banyak menjuarai dalam berbagai ajang kompetisi puisi maupun novel, dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra sarat akan hikmah dan menyentuh. Bahasa yang digunakan oleh pengarang sangat sederhana, namun untuk menyampaikan isi sangat meyakinkan dan mengena. Habiburrahman El Shirazy sangat peka dalam melukiskan setiap konflik psikologi Islam yang dialami oleh para pelakunya, khususnya pada tokoh utama Aku.
Tema novel ini adalah seseorang yang mengalami konflik psikologis dalam hidupnya. Aku, tokoh utama yang sangat mendambakan gadis Mesir titisan Cleopatra sebagai calon isterinya, tetapi ia telah dijodohkan oleh Ibunya agar ia menikah dengan gadis Jawa. Hal ini tampak seperti kutipan berikut ini : “Harus dengan dia tak ada pilihan lain!” tegas Ibu. “Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu”. “Dengan panjang lebar Ibu menjelaskan, sebenarnya sejak di dalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah ku kenal itu.”
Watak atau sifat jujur yang digambarkan pengarang pada tokoh ini cukup meyakinkan. Sehingga jelas sekali konflik psikologis yang timbul ketika tokoh ini dipaksa Ibunya untuk menikah dengan Raihana yang tak pernah dia kenal. Dia tiada berdaya untuk melawan dan tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk memberontak, sebab
setelah ayahnya tiada, Ibunya adalah segala-galanya. Ia menuruti keinginan Ibunya karena ia tak mau mengecewakan Ibunya, meskipun ia harus mengorbankan dirinya dan juga cita-cita dan impiannya menikah dengan gadis Mesir titisan Cleopatra sedemikian kuat menjauh. Di hari-hari menjelang akad nikah ingin ia memberontak pada Ibunya, tetapi teduh wajahnya selalu membuat ia luluh. Karena ia tak dapat memberontak pada Ibunya, saat hari pernikahan itu datang pesta meriah dengan bunyi rebana terasa konyol. Dan perasaan hatinya terasa teriris-iris dan jiwanya meronta-ronta, saat Raihana tersenyum mengembang, hatinya merintih menangisi kebohongan dan kepura-puraannya.
Pengarang melukiskan konflik ini dengan meyakinkan sehingga pembaca secara sadar betapa penting dan besarnya pengorbanan dan nilai kejujuran itu.
Tujuan lain yang disampaikan pengarang adalah Berbakti kepada kedua orang tua. Hal ini digambarkan pengarang dikala baktiku pada Ibu yang amat ku cintai. Ibunya memaksa ia menikah dengan gadis yang ramah, halus budi pekerti, sarjana pendidikan, penyabar, berjilbab dan hafal Al-Qur'an. Namun, ia tetap saja tidak tumbuh bibit cinta pada Raihana, tetapi pada saat 8 bulan Raihana mengandung dan saat diantarnya pulang Raihana ke rumah orang tuanya ia mulai memiliki rasa rindu pada Raihana. Hingga ia tersadar dan mulai memiliki cinta pada Raihana, saat temannya bercerita tentang pengalamannya memilih calon isteri yang salah karena hanya melihat kecantikannya saja bukan budi pekerti yang luhur, terbukti banyak yang gagal. Rumah tangganya hancur dan hartanya habis juga menjadi gila. Ia sangat beruntung memiliki seorang isteri yang sholehah dan Ibunya tidak salah dalam memilihkannya seorang pendamping hidup.
Inilah amanat yang akan disampaikan pengarang kepada pembaca melalui isi cerita yaitu untuk memilih calon isteri yang sholehah dan jangan terpesona oleh kecantikan saja karena yang didapat hanyalah penyesalan dikemudian hari. Kutipan berikut akan memperjelas gambaran ini.
“Perjalanan hidup pak Qolyubi menyadarkan diriku. Aku teringat dengan Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimata, pulang pelatihan aku sempatkan untuk mampir ke toko busana muslim dan ke toko emas. Sebelum ke rumah Ibu mertua terlebih dahulu ke rumah kontrakan untuk memenuhi pesanan Raihana mencairkan uang tabungannya. Aku tersentak kaget, dibawah kasur kutemukan puluhan kertas merah jambu. Kubaca dan kuamati betul-betul isinya tentang curahan hati Raihana. Tak terasa air mataku mengalir, dadaku sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Seketika pesona Cleopatra memudar, berganti cahaya cinta Raihana yang terang dihati. Ku kebut kendaraanku. Ku pacu kencang diiringi dengan derai air mata yang tiada henti menetes di jalanan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. “Mana  Raihana Bu?” Ibu mertuanya hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang terjadi. “Isterimu, Raihana Isterimu dan anakmu yang dikandungnya! Dia telah tiada. Hatiku bergetar hebat. Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku sangat pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku sedang merasakan cinta yang membara pada Raihana, ia telah tiada. Dan aku ingin memuliakannya sepanjang hayatku.”
Latar yang diungkap pengarang meliputi rumah kontrakan, halaman rumah Ibu mertua, toko emas dan toko busana muslim yang digarap sangat pas. Peristiwa yang sangat menonjol berlangsung di halaman rumah Ibu mertua. Kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis yang dibeberkan pengarang dalam novel ini justru banyak mengandung hikmah dan menyentuh karena masalah ini diungkap dengan latar dan situasi yang dimaksudkan.
Pengarang menggunakan teknik penceritaan orang pertama dalam cerita ini, sehingga pengarang ikut sebagai tokohnya dan masuk kedalam karangan. Dengan teknik ini cerita isinya akan lebih menarik dan pembaca seolah-olah ikut terlibat didalam cerita.
Jalan ceritanya pun tampak mudah diikuti karena tidak melompat-lompat serta penyajian peristiwanya secara kronologis. Dengan kata lain, alur lurus yang dipakai dalam novel ini menuntun pembaca lebih mudah dan memahami pikiran, kesan, dan maksud pengarang melalui cerita ini.
Novel ini membeberkan masalah yang sederhana, isinya dapat dimengerti dan dipahami oleh kalangan pembaca, lebih-lebih untuk yang menganggap kecantikan adalah segalanya. Novel ini sangat cocok sebagai bacaan karena sarat akan hikmah. Khususnya pembaca yang mendalami ilmu psikologi, novel ini dapat berfungsi sebagai bacaan penunjang.
Dalam kaitannya dengan pelajaran hidup, novel ini ada cekam keharuan yang mendalam. Ada rindu dan cinta suci karena illahi. Ada senyum kebahagiaan sejati. Karena disamping bukunya tidak tebal, nilai sastra dan nilai kejujuran tinggi serta lengkap dengan unsur-unsur yang dituntut oleh keberadaan sebuah novel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar